Khorida


Klor (Yunani: Chloros, "hijau pucat"), adalah unsur kimia dengan simbol Cl dan nomor atom 17. Dalam table periodik, unsur ini termasuk kelompok halogen atau grup 17 (sistem lama: VII atau  VIIA). Dalam bentuk ion klorida, unsur ini adalah pembentuk garam dan senyawa lain yang tersedia di alam dalam jumlah yang sangat berlimpah dan diperlukan untuk pembentukan hampir semua bentuk kehidupan, termasuk manusia. Dalam bentuk gas, klorin berwarna kuning kehijauan, dan sangat beracun. Dalam bentuk cair atau padat, klor sering digunakan sebagai oksidan, pemutih, atau desinfektan.
Pembubuhan klor yang disebut juga kloriniasasi dalam air minum dan air tercemar dimaksud terutama untuk membunuh mikroba. Tujuan kedua adalah untuk meningkatkan kualitas air karena klor bereaksi dengan amonia, besi, mangan, sulfida dan beberapa senyawa organik. Apabila pemberiannya berlebihan, sisa klor akan mempengaruhi bau dan rasa air minum. Disamping itu klorinisasi dapat mempertajam rasa dan bau senyawa fenol dan senyawa organik. Apabila pemberiannya berlebihan, sisa klor akan mempengaruhi bau dan rasa ai minum. Disamping itu, klorinisasi dapat mempertajam rasa dan bau senyawa fenol dan senyawa organik lain dalam air minum.
Ada beberapa cara untuk menetapkan klorida didalam air dua diantaranya adalah metode merkumetri dan argentometri. Kedua cara ini sama baiknya. Titrasi mercurimetri menurut German standar procedures menggunakan mercurinitrat sebagai titran dengan indikator diphenylkarbazone. Kelebihan titran Hg2+ akan bereaksi dengan indikator diphelcarbazone membentuk komplek berwarna biruviolet didalam suasana asam nitrat. Titrasi argentometri menurut Mohr-Winkler atau water-codex menggunakan reagen AgNNO3 sebagai titran. AgCl yang terbentuk merupakan titik eqivalent yang sesuai dengan kandungan klorida. Sebagai indikator digunakan Kalium Chromat 5% AgNO3 mengendap kuantitatif sebelum endapan Ag2CrO4 berwarna merah terbentuk 
a. Metode Mohr-Winkler
Metode Mohr biasanya digunakan untuk menitrasi ion halida seperti NaCl, dengan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO sebagai indikator. Titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna suspensi dari kuning menjadi kuning coklat. Perubahan warna tersebut terjadi karena timbulnya Ag2CrO4, saat hamper mencapai titik ekivalen, semua ion Cl- hamper berikatan menjadi AgCl. Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran, sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah-bata, yang menunjukkan titik akhir karena warnanya berbeda dari warna endapan analat dengan Ag+.
Pada analisa Cl- mula-mula terjadi reaksi:
      Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s) Putih
Sedang pada titik akhir, titran juga bereaksi menurut reaksi:
      2Ag+(aq) + CrO4(aq) Ag2CrO4(s) Merah
 Pengaturan pH sangat perlu, agar tidak terlalu rendah ataupun tinggi. Bila terlalu tinggi, dapat terbentuk endapan AgOH yang selanjutnya terurai menjadi Ag2O sehingga titran terlalu banyak terpakai.
2Ag+(aq) + 2OH-(aq) 2AgOH(s) Ag2O(s) + H2O(l)
Bila pH terlalu rendah, ion CrO4- sebagian akan berubah menjadi Cr2O72- karena reaksi
2H+(aq) + 2CrO42-(aq) Cr2O72- +H2O(l)
Yang mengurangi konsentrasi indikator dan menyebabkan tidak timbul endapannya atau sangat terlambat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persamaan Nernst

Makalah Rhodamin-B

buku memo,.